Pose Mayat "Merasuki" Dunia Fotografi
http://www.srinadifm.com/2014/01/pose-mayat-merasuki-dunia-fotografi.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Ada yang berbeda dari
penampilan Miley Cyrus saat pemotretan untuk sebuah produk fesyen,
beberapa waktu lalu. Kali itu ia tidak menampilkan citra dirinya yang
kontroversial. Tak ada pakaian seksi dan terbuka. Lidahnya pun tak
terjulur nakal.
Miley tampak berkarakter
saat ia duduk di sebuah padang pasir. Tatapannya muram. Seorang
perempuan berdiri di belakangnya, dan seorang lagi terbujur kaku di
sampingnya. Posisinya terlentang. Rambut panjang perempuan itu menutupi
wajahnya.
Ketiga perempuan itu
hadir dengan kostum gelap. Riasan dan ekspresinya seram. Hanya ada sinar
pucat rembulan yang menerangi. Meski sederhana, kesan yang bisa
ditangkap dari foto itu cukup kuat.
Sebelumnya, sampul majalah Entertainment Weekly
menampilkan pose foto yang tak jauh berbeda. Ben Affleck meringkuk di
sebuah meja operasi besi, sambil memeluk seorang wanita pucat yang
terbujur kaku dengan mata terbelalak. Label mayat terikat di kaki wanita
itu.
Ternyata, pose mayat bukanlah hal baru di dunia fotografi. Mengutip laman Guardian,
sudah bertahun-tahun lalu iklan produk fesyen, kampanye kekerasan
seksual, maupun sampul majalah memuat "mayat-mayat" perempuan cantik.
Contoh lainnya, saat majalah Vice mengusung tema mode Women in Fiction.
Beberapa penulis yang meninggal karena bunuh diri, ditampilkan. Di
antaranya: penyair Sylvia Plath berlutut di depan oven, pengarang
Virginia Wolf berdiri menggenggam batu besar, dan Dorothy Parker
pendarahan. Seluruh kredit mode tertera lengkap di bawah gambar-gambar
itu.
Tahun 2006, Jimmy Choo
menampilkan wanita pingsan di bagasi mobil. Ada seorang pria berkaca
mata hitam duduk di sampingnya membawa sekop.
Setahun setelahnya, majalah W menampilkan fashion story
dengan seorang model yang tampak berbeda di tiap potongan foto. Ada
kalanya ia pingsan, hampir telanjang, dan dengan tangan tak bernyawa
memegang boneka beruang.
America’s Next Top Model
bahkan pernah meminta para kontestannya berpose seolah-olah mereka baru
saja dibunuh. Mereka mencoba berbagai cara: ditusuk dengan brutal,
terjun dari gedung tinggi, sampai tubuh penuh memar. Tapi semua dikritik
karena mereka kurang terlihat seperti mayat.
Sedalam itulah kira-kira
mayat-mayat “merasuki" dunia fotografi. Perempuan yang pasif, dianggap
menguarkan aura seksual tersendiri, sangat bergaya, dan sangat laku.
Kelemahan dan kerentanan mereka justru menjadi karakter tersendiri yang
banyak dicari.
Mereka seperti manekin
yang bisa dikenai busana semaunya. Riasan dan produk fesyen lain seakan
makin menonjol dalam kulit pucat dan pose kaku mereka. Mengutip Guardian, tren itu berkaitan erat dengan stereotip seksual di masing-masing negara.
Misalkan jika budaya di
suatu negara menganggap wanita adalah makhluk pasif dan rentan, maka
jelas sudah: sesosok mayat wanita akan menjadi daya pikat luar biasa.
Dikutip dari : viva.co.id