Ini Penyebab Hotel di Bali Perang Tarif
http://www.srinadifm.com/2014/09/ini-penyebab-hotel-di-bali-perang-tarif.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Hotel-hotel di Bali tengah perang tarif. Penyebabnya adalah menjamurnya hotel-hotel baru, home stay, dan vila di Bali. Kehadiran mereka membuat
jumlah tempat penginapan di Pulau Dewata itu tidak lagi proporsional,
sudah melebihi tingkat permintaan (over supply). Demikian ungkap Presiden Junior Chamber International (JCI) Indonesia, Ida Bagus Agung Gunarthawa.
Belakangan ini, tambah pengusaha yang akrab disapa Gus Gunarthawa itu, berkembang beragam hotel, vila, dan home stay. Tetamu domestik pun lebih paham ke mana mereka harus mencari tempat tinggal di Bali, meskipun belum terdaftar.
Penyebab lain terjadinya perang tarif, kata dia, adalah kurangnya turis asing yang berlibur ke Bali. "Kapasitas daya tampung Bali terhadap turis dibanding Singapura, Malaysia, Thailand, dan negara tetangga lainnya lebih besar," kata dia.
Sayangnya, lanjut Gunarthawa, jumlah kunjungan turis mancanegara ke Bali dibanding ke negara tetangga tak berbanding lurus dengan kapasitas daya tampung. "Mau tidak mau ya, banting harga, tidak ada pilihan lain," ujarnya.
Belakangan ini, tambah pengusaha yang akrab disapa Gus Gunarthawa itu, berkembang beragam hotel, vila, dan home stay. Tetamu domestik pun lebih paham ke mana mereka harus mencari tempat tinggal di Bali, meskipun belum terdaftar.
Penyebab lain terjadinya perang tarif, kata dia, adalah kurangnya turis asing yang berlibur ke Bali. "Kapasitas daya tampung Bali terhadap turis dibanding Singapura, Malaysia, Thailand, dan negara tetangga lainnya lebih besar," kata dia.
Sayangnya, lanjut Gunarthawa, jumlah kunjungan turis mancanegara ke Bali dibanding ke negara tetangga tak berbanding lurus dengan kapasitas daya tampung. "Mau tidak mau ya, banting harga, tidak ada pilihan lain," ujarnya.
Kembangkan Wirausaha
Kendati demikian, menurut dia, tumbuhnya home stay, vila, dan sejenisnya di desa-desa mesti disambut baik pemerintah. Sebab, dalam konteks itu tumbuh wirausahawan baru.
Pemerintah justru harus
mengambil peran agar bisnis yang mereka kembangkan bisa tumbuh dan
bertahan. "Bukan sebaliknya, menyetop usaha mereka dengan alasan over supply tadi," kata Gus Gunarthawa.
Solusinya, ia melanjutkan, mesti digiatkan edukasi pada sisi entrepreneurship warga yang membangun bisnis di bidang sarana akomodasi pariwisata.
"Sehingga bisa meng-upgrate properti bisnis yang dimilikinya. Kalau sudah begitu, tidak banting harga. Promosi juga penting untuk digenjot. Produknya dikuatkan, promosi juga mesti mewakili produk," papar dia.
Lanjutnya, identitas lokal Bali juga mesti tumbuh, seiring dengan berkembangnya deglobalisasi. "Dulu itu kan, globalisasi semua harus digeneralisir. Sekarang, deglobalisasi ini kita harus menguatkan sisi originalitas produk yang ditawarkan. Bali itu culture dan spiritual tourism. Inilah quality tourism," tutur Gunarthawa.
Solusinya, ia melanjutkan, mesti digiatkan edukasi pada sisi entrepreneurship warga yang membangun bisnis di bidang sarana akomodasi pariwisata.
"Sehingga bisa meng-upgrate properti bisnis yang dimilikinya. Kalau sudah begitu, tidak banting harga. Promosi juga penting untuk digenjot. Produknya dikuatkan, promosi juga mesti mewakili produk," papar dia.
Lanjutnya, identitas lokal Bali juga mesti tumbuh, seiring dengan berkembangnya deglobalisasi. "Dulu itu kan, globalisasi semua harus digeneralisir. Sekarang, deglobalisasi ini kita harus menguatkan sisi originalitas produk yang ditawarkan. Bali itu culture dan spiritual tourism. Inilah quality tourism," tutur Gunarthawa.
Dikutip dari : Vivanews.co.id