200 Petani Terancam Gagal Panen karena Tukad Petanu Tertimbun Longsor

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Tatapan mata I Wayan Rauh (50), nanar menerawang hamparan sawah. Padi yang harusnya menguning tak ia lihat lagi. Kini hanya rerumputan tumbuh di tanah sawah yang kian padat mengering.
Sembari menenteng sebilah sabit, Rauh lalu berujar. "Kami akan gagal panen untuk kedua kalinya dalam setahun," ujarnya kepada Tribun Bali, Rabu (21/10/2015).
Sudah dua bulan lamanya petani di Subak Bonbiu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, mengalami kekeringan.
Tak pelak ihwal ini membuat setidaknya sekitar 10 hektare sawah yang digarap 200 petani terancam gagal panen. Tanah sawah mengering, pecah terbelah tiada padi yang mampu tumbuh.
"Sekitar dua bulan yang lalu subak kami mendapatkan air yang debitnya kecil. Kian hari kian mengecil sampai tidak cukup mengairi para petani pemilik maupun penggarap sawah ini," keluhnya.
Dari satu hektare sawah yang ia garap, 50 are sudah ia tanami padi. Dua bulan tidak mendapatkan air, tanamannya pun kini mati. Padi berganti padang. Ini membuat Rauh memastikan diri mengalami kerugian Rp 2,3 juta.
“Rugi, pasti rugi. Lihat saja di sekeliling subak ini. Tak ada sepetak sawah yang digenangi air. Itu nominal rugi untuk biaya pupuk, bibit, traktor dan lainnya. Belum termasuk tenaga kami setiap hari," keluh Rauh.
"Kabar yang beredar dibilang ada sumbatan sampah di Tukad Petanu. Kami cek ke sana ternyata ada yang tertimbun longsor," tambahnya.
Aktivitas para petani Subak Bonbiu pasca kekeringan dihabiskan dengan menyabit rumput untuk pakan sapi.
"Tidak hanya subak kami, subak lainnya juga kekeringan," ucap Rauh.
 
Source : tribunnews.com

Related

Seputar Bali 6850049156998424703

Post a Comment

emo-but-icon

item