Jangan Sampai Menyesal... Mumpung Muda, Belilah Rumah!
http://www.srinadifm.com/2016/10/jangan-sampai-menyesal-mumpung-muda.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Rommy kini hanya bisa gigit jari. Perusahaan tempat dia bekerja selama 10 tahun bangkrut. Pada usia 40 tahun, Rommy jadi menganggur, sementara masih ada cicilan rumah yang harus dibayar setiap bulan.
Lelaki asal Semarang itu pun tinggal meratapi nasib sekaligus menyesal kenapa tak sejak muda membeli rumah. Padahal, 15 tahun lalu harga rumah tipe 36 di Depok—tempat tinggalnya sekarang—tak sampai Rp 100 juta.
Bandingkan, rumah yang sama sekarang berharga lebih dari Rp 500 juta.
Kisah Rommy ini bisa juga terjadi pada siapa saja. Terlebih lagi, memiliki rumah kerap tak menjadi prioritas bagi anak muda Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dikutip Kompas.com pada Kamis(21/7/2016) menyebutkan, hanya 4,5 juta dari 20,9 juta penduduk Indonesia usia 24-29 tahun yang sudah punya rumah sendiri.
Nah, sebelum menyesal seperti Rommy, ada baiknya anak-anak muda mulai menyusun rencana memiliki rumah. Kalau ada niat, jalan juga akan terbuka. Sejumlah tips pun bisa dipakai untuk mewujudkan impian punya rumah sejak muda.
Mulai dari 20 persen penghasilan
Langkah pertama yang bisa dilakukan setiap orang untuk memiliki rumah adalah menabung. Mulai saja menyisihkan 20-30 persen penghasilan, sekalipun baru mulai bekerja dengan penghasilan belum besar.
Kalau uang tabungan sudah terkumpul sampai jumlah tertentu, biasakan untuk mengalihkan sebagian di antaranya ke bentuk investasi. emas misalnya.
Pilihan lain investasi adalah reksa dana. Produk ini cukup digemari masyarakat karena tak butuh dana besar untuk menjalankannya.
Cukup dengan Rp 50.000 atau Rp 100.000 per bulan, investasi reksa dana sudah dapat dilakukan. Pemilik uang juga tak harus mengelola sendiri penempatan dana untuk mengoptimalkan investasi.
Dalam sistem reksa dana, ada manajer investasi yang akan menempatkan dana tersebut ke beragam instrumen keuangan, termasuk surat berharga.
Saat ini di pasar keuangan Indonesia tersedia produk reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, saham, dan campuran.
Selain emas dan reksa dana, bertebaran pula instrumen lain investasi untuk dimanfaatkan. Pastikan dana yang ada memang tepat untuk pilihan instrumen itu. Kuncinya ada pada pemahaman atas produk yang hendak dipilih.
Bila nilai atau hasil investasi sudah mencukupi untuk membayar uang muka rumah, segera tarik dana tersebut dan segera wujudkan rencana memiliki tempat tinggal. Investasi yang baru bisa dimulai lagi untuk tujuan atau kebutuhan lain pada masa mendatang.
Hemat
Menabung dan investasi butuh prasyarat dasar, yaitu sikap konsisten untuk hidup hemat. Hura-hura otomatis harus dihindari. Barang yang dibeli juga harus dipastikan sesuai kebutuhan, bukan sekadar keinginan.
Pakaian, misalnya. Tak perlu membeli pakaian branded—merek terkenal—yang mahal. Cukuplah membeli pakaian dengan harga terjangkau asal berkualitas.
Bagi Anda yang tidak tinggal bersama orangtua, perhatikan pula biaya hidup sehari-hari seperti makan dan tempat tinggal. Tak usah terlalu mewah untuk memenuhi dua kebutuhan tersebut.
Pilihlah rumah kos dengan harga sewa terjangkau. Adapun untuk makan sehari-hari cukupkan dengan menu sederhana, selama bergizi. Anda juga bisa memasak sendiri agar lebih hemat.
Meski begitu, hidup hemat tak berarti Anda lalu berlaku sengsara. Rekreasi juga tetap perlu dilakukan sesekali, asalkan biayanya sudah direncanakan dan tak mengganggu rencana jangka panjang.
Strategi pembelian rumah
Setelah berhemat, strategi mewujudkan rumah idaman merupakan langkah berikutnya yang harus dicermati.
Merujuk Kompas.com, Rabu (13/7/2016), uang muka untuk kepemilikan pertama rumah tapak di atas lahan lebih dari 70 meter persegi adalah 15 persen. Tentu, ini adalah uang muka untuk kredit kepemilikan rumah (KPR).
Sembari mengumpulkan uang, cari dan cermati semua informasi terkait KPR yang ditawarkan perbankan.
Informasi itu mencakup produk, besaran plafon—total nominal kredit—yang ditawarkan, suku bunga, masa pinjaman, biaya administrasi, dan fleksibelitas dalam pembayaran cicilannya kelak.
Pastikan, KPR apa pun yang akhirnya dipilih itu sesuai dengan kemampuan keuangan. Maksimal cicilan tak boleh lebih dari 40 persen pendapatan pasti setiap bulan.
Satu lagi, dengan KPR pun tak harus rumah baru yang dibeli. Pilihan lain adalah over-credit—melanjutkan KPR yang sebelumnya dimiliki orang lain—atau sekalian membeli rumah bekas.
Cari penghasilan tambahan
Untuk meringankan Anda membayar angsuran KPR, jangan segan mencari pendapatan tambahan yang memungkinkan. Ada beragam cara untuk bisa mendapatkannya.
Menjadi pekerja paruh waktu atau freelance di perusahaan lain adalah salah satunya.
Kemampuan teknis membuat website, menulis, atau membuat desain grafis, bisa pula jadi jalan mendapatkan tambahan penghasilan. Lagi pula, era online memungkinkan jasa seperti ini dilakukan setiap saat di luar waktu kerja utama.
Atau, manfaatkan saja barang bekas. Daripada tak terpakai dan hanya menumpuk, barang bekas bisa dijual kembali.
Barang yang kondisinya masih bagus tetapi tak pernah lagi dipakai bisa jadi pilihan untuk cara ini. Manfaatkan situs jual beli online yang bisa menjual barang bekas.
OLX, misalnya. Situs ini bahkan sekarang punya program Bekas Jadi Apapun. Program ini menawarkan pula peluang penjual barang bekas mendapatkan hadiah menarik.
Dengan menjalankan semua langkah ini, tak perlu lagi ada dalih seseorang pada usia muda belum mumpuni untuk merancang masa depan, termasuk soal impian memiliki rumah idaman.
Justru, langkah dan keputusan selama masa muda inilah yang meminimalkan kisah-kisah serupa milik Rommy harus terus terjadi.
Berani memulai?
kompas.