Ini Pesan Terakhir Ketut Ramiadi Sebelum Tewas Gantung Diri, Buku di Tempat Tidur Jadi Saksi
http://www.srinadifm.com/2017/01/ini-pesan-terakhir-ketut-ramiadi.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Petugas kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sesaat setelah penemuan jenazah I Ketut Ramiadi (22), di Klungkung, Bali, Jumat (13/1/2017).
Petugas kepolisian yang sempat memeriksa kamar korban, menemukan buku yang tertuliskan beberapa bait kalimat.
Polisi pun menduga kuat, tulisan tersebut dibuat Ramiadi sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di Pohon Bayur.
Dalam buku tersebut, tertulis kalimat “Maafkan aku warga desa glogor, keluarga, dan sahabat”.
“Buku ini kami temukan tepat di atas tempat tidur dari korban,” kata seorang petugas kepolisian yang ketika itu tengah menyisir TKP.
Ramiadi tinggal di rumah sederhana yang lokasinya berada di tegalan.
Ia tinggal bersama kedua orangtuanya, Ni Nengah Suri dan I Ketut Dasna.
Kediaman keluarga tersebut tampak sangat sederhana dan hanya terdiri dari dua bangunan kecil berukuran sekitar 5 x 3 meter.
Dapurnya berdinding anyaman bambu.
Sementara bangunan rumahnya terdiri dari satu kamar tidur yang beratap seng.
Perbekel Desa Pikat Wayan Navi Sudarsa menjelaskan, selama ini Ramiadi dan keluarganya masuk dalam daftar kepala keluarga (KK) miskin.
Korban merupkan bungsu dari tiga bersaudara.
“Ia (Ketut Ramiadi) adalah anak laki-laki seorang diri, sementara dua kakaknya merupakan wanita dan telah menikah,” ujar Navi Sudarsa.
Meninggalnya Ramiadi dengan cara gantung diri juga meninggalkan duka bagi rekan-rekannya.
Ketika itu, rekan-rekannya satu desa tampak beramai-ramai ke kediaman Ramiadi.
Tidak sedikit dari mereka yang terkejut dan tidak percaya teman mereka meninggal dengan cara yang tragis.
“Ketut Ramiadi itu orangnya polos. Tapi, dia sangat rajin dan pekerja keras. Namun, memang orangnya terkesan tertutup dan tidak banyak bicara,” ujar Ni Putu Dian Ekayanti, rekan korban asal Dusun Glogor.
Dian Ekayanti dan remaja lainnya terakhir kali bertemu dengan korban, Minggu (8/1/2017).
Ketika itu Ramiadi datang ke banjar dan melihat rekannya-rekannya latihan menari.
“Hari minggu dia tiba-tiba saja datang ke banjar, dan jalan-jalan di sekitar banjar liatin orang latihan nari,” ungkapnya.
Ramiadi dikenal sebagai alumni SMA Negeri 1 Dawan.
Pria bertubuh bongsor tersebut tamat sekitar dua tahun lalu, dan sempat bekerja di tempat usaha cetak batako.
Namun, karena sakit dan ada gejala gangguan kejiwaan, ia sempat menjalani perawatan di RSJ Bangli selama sekitar dua minggu dan setelah itu lebih banyak beraktivitas di rumah.
Tribune Bali