Mochi, Kue Beras Pendongkrak Stamina Para Samurai & Petani di Jepang


FOOD STORY: Mochi, Kue Beras Pendongkrak Stamina Para Samurai & Petani di Jepang

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - DIANUGERAHI keindahan alam yang berlimpah, serta kebudayaan tradisional yang sangat unik, membuat Jepang menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara. Negeri Matahari Terbit ini memang menjadikan kebudayaan tradisionalnya, sebagai salah satu instrumen utama menarik wisatawan.
Kesuksesan manga (komik) dan anime misalnya. Berkat dua kultur tersebut, jutaan wisatawan asing berbondong-bondong memilih Jepang sebagai destinasi liburan mereka. Namun daya tarik Jepang tidak hanya sekadar komik atau animenya saja, negara ini juga memiliki kebudayan tradisional lainnya yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Salah satunya di sektor kuliner.

Berbicara soal kuliner, Anda mungkin sudah familiar dengan sushi, mi ramen, dan juga udon. Namun bicara kuliner Jepang, Anda tidak bisa melupakan kue mochi. Kue beras yang juga sudah mendunia seperti kuliner Jepang lainnya.


Mochi atau Hanzi merupakan kue tradisional Jepang yang terbuat dari beras ketan, dan diolah melalui proses penumbukkan. Di Jepang, kue ini sering dibuat dan dimakan pada saat perayaan tradisional mochitsuki atau perayaan Tahun Baru Jepang.

Dipercaya merupakan sajian Manis dari Tuhan untuk para petani
Belum diketahui secara pasti siapa penemu kuliner unik ini. Beberapa menyebutkan bahwa mochi berasal dari Negeri Tirai Bambu, China.
Tetapi, saat perayaan Tahun Baru Jepang masa periode Heian (794-1185), kue tersebut sudah disajikan oleh pihak kerajaan. Bahkan, pada awal abad ke-10 berbagai varian mochi mulai dijajakan untuk acara keagamaan.
Sebuah kamus dari masa sebelum 1070 menyebutkan, kue beras ini dulunya disebut "mochii". Barulah pada abad ke-18, orang-orang mulai menyebutnya "mochi".
Berbagai teori menjelaskan, "mochi" berasal dari kata kerja "motsu" yang memiliki arti "untuk menahan atau memiliki". Dalam arti lain, mochi merupakan makanan yang diberikan oleh Tuhan. Sedangkan untuk kata "mochizuki" memiliki arti "bulan purnama". Orang-orang yang tinggal di pulau bagian barat daya Jepang menyebutnya "muchimi" yang berarti "lengket".

Fakta unik lainnya, pada zaman dulu, mochi sering dikonsumsi para petani Jepang saat musim dingin tiba. Hal ini disebabkan karena kue tersebut dipercaya dapat memberikan stamina tambahan untuk menunjang aktivitas mereka. Tidak hanya itu, para Samurai juga kerap membawa makanan tersebut ke medan perang, karena sangat praktis untuk dibawa.

Tradisi Mochitsuki
Setelah mengetahui sejarah dan asal usul mochi, Anda pasti tertarik untuk mendalami lebih lanjut mengenai tradisi mochitsuki yang sangat terkenal itu. Mochitsuki biasanya diselenggarakan pada 29 December, dengan maksud untuk menyambut perayaan Tahun Baru.
Namun, tradisi ini juga sering diselenggarakan pada saat-saat tertentu, khususnya dalam festival-festival di seluruh penjuru Jepang. Pasalnya, keunikan prosesi mochitsuki, seringkali menarik perhatian para wisatawan.
Sehari sebelum prosesi berlangsung, penduduk asli Jepang akan merendam dan mengukus nasi selama satu malam penuh. Setelah itu, adonan akan diletakkan pada sebuah wadah tradisional yang terbuat dari kayu atau batu (usu) berdiameter 30 cm, lalu ditumbuk dengan palu kayu (kine) secara bersama-sama.
Proses inilah yang selalu menarik perhatian wisatawan, karena ada nyanyian-nyanyian khusus yang dilantunkan para pembuat mochi ketika proses penumbukan berlangsung.
Teknik pengolahan mochi
Secara spesifik, masyarakat Jepang biasanya menggunakan berbagai jenis beras untuk mengolah kue bertekstur kenyal ini. Mulai dari beras ketan, sweet rice, waxy rice, botan rice, dan masih banyak lagi.
Setelah itu, beras akan dimasak, lalu diletakkan pada sebuah permukaan batu yang dikenal dengan sebutan 'usu', untuk kemudian ditumbuk hingga menghasilkan tekstur yang halus dan juga lengket. Meski kini sudah ada mesin pembuat mochi, teknik tradisional tersebut masih sering digunakan oleh sejumlah restoran ternama di Jepang.
Untuk penyajiannya, mochi kerap disajikan dengan soy sauce, gula, atau ditaburi bubuk kacang kedelai (kinako). Namun, seiring perkembangan zaman, mochi sering diolah menjadi berbagai hidangan lezat lainnya seperti, bahan campuran sup, permen, atau hanya sekadar dipanggang seperti sedang mengolah marshmallow.
(okezone.com)

Related

Gaya Hidup 886725126600967101

Post a Comment

emo-but-icon

item