Ironi Bentang Alam Karst Indonesia Terluas di Asia Tenggara
http://www.srinadifm.com/2017/03/ironi-bentang-alam-karst-indonesia.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa mengikuti petunjuk GPS atau navigasi satelit rupanya bisa mematikan kinerja bagian otak yang berfungsi untuk navigasi.
Sebagaimana laporan UPI yang dikutip Tekno Liputan6.com kutip, Sabtu (25/3/2017), sekelompok peneliti di University College London memindai otak 24 relawan saat mereka menggunakan arahan GPS di lingkungan Soho pusat kota London.
Para ilmuwan memusatkan perhatian mereka pada hippocampus atau wilayah otak yang dipakai untuk memori dan navigasi. Selain itu, para peneliti juga berfokus pada prefrontal cortex, bagian otak yang dipakai untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
Saat relawan menyusuri jalanan Soho untuk pertama kalinya tanpa arahan GPS, pemindaian otak menunjukkan adanya lonjakan aktivitas saraf di kedua bagian otak tersebut. Sebaliknya, hippocampus dan prefrontal cortex sama-sama terdiam saat relawan dipandu oleh GPS.
Temuan yang dirinci dalam jurnal Nature Communication ini menunjukkan navigasi tanpa bantuan GPS berpotensi meningkatkan aktivitas otak.
Psikolog UCL Hugo Spiers menjelaskan, aktivitas di hippocampus meningkat saat relawan memasuki persimpangan Seven Dials (ada tujuh jalan bertemu di persimpangan itu).
"Saat Anda kesulitan menavigasi jalan-jalan di kota, kemungkinan kerja hippocampus dan prefrontal cortex sangat aktif," kata Spiers.
Para peneliti percaya otak manusia mampu membayangkan berbagai kemungkinan rute secara real-time ketika seseorang melakukan navigasi. Penemuan terbaru ini sejalan dengan penemuan sebelumnya yang memperlihatkan otak manusia selalu merumuskan rencana cadangan seiring dengan pergerakan atau interaksi seseorang dengan lingkungannya.
"Hasil (penelitian) kami cocok dengan kerja hippocampus yang menyimulasikan perjalanan yang akan ditempuh. Sementara, prefontal cortex membantu memutuskan, jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan," kata Spiers memberi penjelasan.
Ia mengungkapkan, adanya teknologi GPS membuat kedua bagian otak tidak merespon jaringan jalan. "Artinya ada bagian otak tersebut tak bekerja saat kita memakai GPS di jalan," tutur dia.
(Liputan6)