Pasca Tewasnya Seorang Remaja di Air Terjun Tegenungan, Tarif Tiket Masuk Akan Ditambah Asuransi


Pasca Tewasnya Seorang Remaja di Air Terjun Tegenungan, Tarif Tiket Masuk Akan Ditambah Asuransi

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali -  Tewasnya siswa SMPN 1 Kuta (Badung), I Gede Arsa Kusuma Wijaya (14), di air terjun Tegenungan, menjadi pukulan telak bagi pengelola objek wisata itu.
Objek wisata itu berada di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, GianyarBali.
Pihak desa menganggap kejadian itu sebagai musibah.
Meskipun demikian, agar citra air terjun Tegenungan tidak tercoreng negatif di mata para wisatawan, ke depan setiap tiket masuk akan diasuransikan oleh pihak desa.
Asuransi juga bagian dari perlindungan terhadap pengunjung.
Perbekel Kemenuh, Dewa Nyoman Neka, Kamis (16/3/2017) mengatakan bahwa saat ini pihaknya bersama desa adat sedang memikirkan solusi untuk memulihkan citra pariwisata Tegenungan.

Sebab hingga saat ini, sudah empat orang meregang nyawa ketika mandi di kolam air terjun yang tumpahan airnya cukup besar dan deras itu.
Ada rencana dari pihak desa untuk menyertakan asuransi dalam setiap pembayaran tiket masuk yang dibeli pengunjung.
“Ini baru sebatas rencana. Setiap tiket masuk sudah akan termasuk biaya asuransi. Ke depan akan kami bicarakan juga dengan pengelola,” ucap Dewa Nyoman Neka.
Objek wisata Tegenungan yang biasanya dibuka pukul 09.00 Wita saat ini mengenakan tarif masuk sebesar Rp 5.000 per orang bagi warga lokal.

Dengan dimasukkannya biaya asuransi pada tiket masuk, maka diharapkan tidak ada lagi wisatawan lokal yang berkunjung di bawah pukul 0900 Wita, untuk mengelabui petugas tiket.
Sebab, bila datang di bawah jam tersebut, petugas penjaga air terjun belum berada di lokasi.
Akibatnya pun sangat berbahaya, karena pengunjung tidak mendapatkan informasi terkait kondisi air terjun.
Dewa Nyoman Neka mengatakan, saat ini petugas penyelamatan atau lifeguard yang berjaga di air terjun Tegenungan berjumlah dua orang.
Guna memaksimalkan fungsinya, pihaknya telah melayangkan surat ke Bupati Gianyar AA Gde Agug Bharata, agar dua orang penjaga itu mendapatkan pelatihan.
Tujuannya, bila terjadi peristiwa tenggelam, mereka mengetahui prosedur yang standar untuk penyelamatan. 
“Tadi dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) menyatakan kesiapannya untuk membantu dalam pelatihan. Selain dari segi skill, BPBD juga mengaku siap memberikan pengetahuan tentang situasi air. Dengan pengetahuan yang cukup nanti, diharapkan mereka tak ragu-ragu dalam memberikan edukasi ke pengunjung, sehingga kejadian tenggelamnya pengunjung tak terulang lagi,” harap Dewa. 
Sementara itu, pasca tenggelamnya Gede Arsa Kusuma Wijaya, krama adat setempat melakukan ritual mecaru, Kamis (16/3/2017).

Sebab sesuai keyakinan Hindu, kematian tak wajar tersebut akan menyebabkan roh korban tetap berada di lokasi kejadian.
Sebagai upaya menghindari hal tersebut, maka krama melakukan netralisasi aura negatif dengan cara mecaru, salah-satunya di objek wisata itu. 
Perbekel Kemenuh, Dewa Nyoman Neka mengatakan mecaru dilakukan di dua lokasi.

Di antaranya di TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan catus pata desa.
“Upaya seperti ini memang wajib dilakukan. Apalagi sampai merenggut korban jiwa. Karena diyakini, kematian tidak wajar yang dialami korban akan membuat roh yang sebelumnya hidup di jasad korban, masih berada di lokasi kejadian,” ujarnya. 
Kata dia, ritual ini belum dikatakan cukup.

Berdasarkan hasil paruman antara pihak pengelola objek wisata dan desa pekraman, dalam 11 hari mendatang akan digelar pecaruan labuh gentuh.
Ritual dalam kategori agung ini dilakukan lantaran TKP merupakan tempat yang dikeramatkan. Di seputarannya terdapat pelinggih.
“Dalam 11 hari ke depan akan digelar ritual labuh gentuh untuk mengembalikan keseimbangan aura di sini, dan supaya tidak ada lagi kejadian serupa di kemudian hari,” tegasnya.
(Tribunnews)

Related

Seputar Bali 1004181021382229251

Post a Comment

emo-but-icon

item