'Turki di bawah Erdogan menuju negara diktator'



Srinadi 99,7 FM | Radio Bali  Mantan pemimpin redaksi koran tertua di Turki Cumhuriyet, Can Dundar, menuliskan opininya di koran the Guardian tentang kondisi Turki di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Dundar mengundurkan diri dari jabatannya pada Agustus lalu selepas peristiwa kudeta gagal 15 Juli 2016. 

Dundar kemudian mengungkapkan apa yang terjadi dengan koran yang dipimpinnya. Polisi menggerebek rumah para redaktur koran Chumhuriyet dan mereka ditangkap, termasuk reporter.

Murat Cubancu, pemred Chumhuriyet pengganti Dundar, kini ditahan bersama sepuluh rekannya selama lebih dari seratus hari. Mereka tidak tahu apa tuntutan yang dihadapi.

September lalu Dundar memutuskan dirinya akan lebih aman di Jerman. Namun polisi kemudian menahan paspor istrinya lalu menahannya.

can dundar AFP



Dundar mengatakan Erdogan memanfaatkan kudeta gagal untuk memperkuat kekuasaannya. 

"Sebelum kudeta, ada 30 wartawan yang dipenjara. Kini sudah ada 150," kata dia, seperti dilansir the Guardian, Kamis (23/3).

Kebebasan pers di Turki kini terancam. Media arus utama kini dibungkam lewat kepentingan politik dan tindasan ekonomi. Sejumlah media oposisi kini dibredel dan disensor.

Para pemimpin partai oposisi juga kini dijebloskan ke penjara. Sepuluh ribu pegawai negeri dipecat. Empat ribu akademisi juga diberhentikan.

Turki saat ini akan menghadapi referendum terpenting dalam sejarah negeri itu yang akan digelar 15 April nanti. Rakyat akan menentukan amandemen konstitusi yang akan membuat Erdogan memiliki kekuasaan tunggal.

Jika perubahan konstitusi itu dikabulkan maka Erdogan akan punya kekuasaan di segala sektor, termasuk membubarkan parlemen. Dia juga akan mempunyai kuasa untuk menunjuk jaksa dan hakim, dengan demikian menguasai pilar yudikatif.

Dengan kata lain, Erdogan ingin mengubah Turki dari negara demokrasi sekuler menjadi negara diktator berdasarkan agama. 

(Merdeka.com)

Related

Dunia 6303818727140589758

Post a Comment

emo-but-icon

item