'SBY Transformasi Jurus kepada AHY'
http://www.srinadifm.com/2017/05/sby-transformasi-jurus-kepada-ahy.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Pengamat politik dan pemerintahan dari Undiknas Denpasar, Dr I Nyoman Subanda MSi, punya pandangan tersendiri atas terpasangnya baliho dan spanduk Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) yang berisi tulisan bernada menyentil pemerintah di berbagai kawasan di Bali.
Hal ini merupakan bentuk transformasi ilmu dari Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada penerusnya, AHY, yang disiapkan menjadi calon pemimpin.
Menurut Nyoman Subanda, baliho dan spanduk AHY berisi tulisan menyentil dan kritik situasi terkini adalah jurus era SBY yang cukup ampuh dalam berkomunikasi dengan rakyat. Demokrat berusaha ambil point dari situasi bangsa dan negara saat ini. “AHY membuat baliho yang tulisannya menuangkan fenomena di masyarakat. Dia menuangkan kondisi bangsa Indonesia dan kondisi rakyat yang diserapnya melalui media baliho dan spanduk,” jelas Subanda di Denpasar, Senin (29/5).
“Ini untuk menarik simpati rakyat. Memang AHY menyampaikan semuanya ke publik (lewat baliho dan spanduk) sisi ekonomi, radikalisme yang ada di mana-mana, keamanan masyarakat, dan lainnya,” lanjut tokoh akademis asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Subanda mengatakan, sosok AHY benar-benar disiapkan sang ayah, SBY, untuk maju sebagai seorang calon pemimpin di masa depan. Karenanya, sejak sekarang jurus-jurus SBY ditransformasi ke AHY. “SBY punya jurus-jurus ini. Safari keliling Indonesia untuk menarik simpati rakyat ala SBY, sekarang dilakukan AHY. Kemampuan komunikasi SBY diterapkan betul oleh AHY. Jadi, AHY itu kan bibit yang cukup bagus,” papar Subanda.
Menurut Subanda, banyak orang terkejut dengan banting haluan ala AHY, yang kariernya di militer sudah bagus, malah dibawa ke dunia politik. Di balik semua itu, SBY melihat AHY akan lebih matang di jalur politik murni, ketimbang jalur militer, untuk menjadi seorang pemimpin.
Langkah yang diambil SBY, kata Subanda, tidaklah keliru. Faktanya, sosialisasi AHY berlangsung cepat, elektabilitasnya pun cukup bagus. Baru muncul di Pilgub DKI Jakarta 2017, hasilnya lumayan. “Sasaran AHY memang bukan DKI Jakarta, tapi untuk misi yang lebih besar secara nasional. Sekarang AHY sudah mulai merambah nasional, termasuk Bali. Ini kaderisasi,” tegas Subanda.
Soal bunyi tulisan dalam baliho dan spanduk AHY yang banyak menyentil pemerintah, menurut Subanda, itu adalah sebuah aspirasi dalam berdemokrasi. “AHY mencuri point dalam menarik simpati rakyat. Itu salah satu strategi. Ya wajarlah, aspirasi masyarakat yang ditangkap AHY dituangkan dalam bentuk media baliho untuk dikomunikasikan kepada rakyat. Ini karakter Demokrat yang sesungguhnya. AHY ambil tema yang substansif di masyarakat,” katanya.
Baliho dan spanduk AHY yang notabene putra sulung SBY ini mulai tersebar ke seluruh Nusantara, termasuk Bali sejak beberapa hari terakhir. Pantauan NusaBali, Minggu (29/5), baliho dan spanduk AHY terpasang di sejumlah ruas jalan kawasan Kota Denpasar seperti di sepanjang Jalan Gatot Soebroto Denpasar, Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur, dan Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra Denpasar. Spanduk dan baliho AHY tersebut dilengkapi dengan kalimat-kalimat ajakan dan imbauan yang seolah-olah menyentil kondisi bangsa dan negara saat ini.
Spanduk AHY di Jalan Gatot Subroto Barat Denpasar, misalnya, banyak bertebaran dengan bertuliskan ‘Lakukan dan Tunjukan Kebaikan, Jangan Saling Menutupi Keburukan’. Ada juga spanduk AHY bertuliskan ‘Kekuasaan Itu untuk Mengayomi dan Mensejahterakan Rakyat’.
Ada lagi baliho AHY bertuliskan ‘Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi’. Dalam baliho teresebut, di sisi kirinya berisi foto AHY, sementara di sisi kanan tertera Wakil Sekjen DPP Demokrat Putu Supadma Rudana. Ada lagi spanduk berisi tulisan ‘Pemimpin Menyayangi, Jangan Membeci’. Spanduk lainnya berbunyi ‘Kekerasan Bukan Pilihan’.
Sementara itu, PDIP selaku pengusung Presiden Jokowi menganggap baliho dan spanduk AHY adalah normatif sebagai alat komunikasi. Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDIP Bali, IGN Alit Kusuma Kelakan, mengatakan AHY sedang mengupayakan popularitasnya. “Ya wajar-wajar saja, partai atau tokoh mana pun pasti melakukan komunikasi melalui media untuk mendongkrak popularitas,” ujar Alit Kelakan saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Denpasar, Senin kemarin.
Namun, soal sentilan-sentilan yang dilakukan AHY di baliho dan spanduknya, menurut Alit Kelakan, seharusnya melihat kondisi sesungguhnya pemerintahan Jokowi. Alit Kelakan menyebutkan, pemerintahan Jokowi pasang badan terhadap ideologi dan pelaksanaan Pancasila.
“Bukti Presiden Jokowi benar-benar menerapkan pelaksanaan Pancasila yang di dalamnya ada Bhinneka Tunggal Ika dengan 5 silanya, ketika beliau menerbitkan Keprres. Di era Pak SBY, nggak kan? Sekarang Pancasila wajib diperingati oleh bangsa dan negara dari berbagai elemen masyarakat Indonesia,” sebut mantan Wakil Gubernur Bali 2003-2008 ini.
Menurut Alit Kelakan, pemerintahan Jokowi justru ingin mengayomi lapisan masyarakat dengan Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika di dalam Pancasila benar-benar dilaksanakan. “Sekarang ini informasi sangat terbuka, radikalisme muncul. Namun, Presiden Jokowi berani bubarkan Ormas radikal. Itu bukti pemerintahan Jokowi peduli dengan situasi saat ini. Kan itu artinya pemerintah melindungi,” katanya.
Menurut Nyoman Subanda, baliho dan spanduk AHY berisi tulisan menyentil dan kritik situasi terkini adalah jurus era SBY yang cukup ampuh dalam berkomunikasi dengan rakyat. Demokrat berusaha ambil point dari situasi bangsa dan negara saat ini. “AHY membuat baliho yang tulisannya menuangkan fenomena di masyarakat. Dia menuangkan kondisi bangsa Indonesia dan kondisi rakyat yang diserapnya melalui media baliho dan spanduk,” jelas Subanda di Denpasar, Senin (29/5).
“Ini untuk menarik simpati rakyat. Memang AHY menyampaikan semuanya ke publik (lewat baliho dan spanduk) sisi ekonomi, radikalisme yang ada di mana-mana, keamanan masyarakat, dan lainnya,” lanjut tokoh akademis asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Subanda mengatakan, sosok AHY benar-benar disiapkan sang ayah, SBY, untuk maju sebagai seorang calon pemimpin di masa depan. Karenanya, sejak sekarang jurus-jurus SBY ditransformasi ke AHY. “SBY punya jurus-jurus ini. Safari keliling Indonesia untuk menarik simpati rakyat ala SBY, sekarang dilakukan AHY. Kemampuan komunikasi SBY diterapkan betul oleh AHY. Jadi, AHY itu kan bibit yang cukup bagus,” papar Subanda.
Menurut Subanda, banyak orang terkejut dengan banting haluan ala AHY, yang kariernya di militer sudah bagus, malah dibawa ke dunia politik. Di balik semua itu, SBY melihat AHY akan lebih matang di jalur politik murni, ketimbang jalur militer, untuk menjadi seorang pemimpin.
Langkah yang diambil SBY, kata Subanda, tidaklah keliru. Faktanya, sosialisasi AHY berlangsung cepat, elektabilitasnya pun cukup bagus. Baru muncul di Pilgub DKI Jakarta 2017, hasilnya lumayan. “Sasaran AHY memang bukan DKI Jakarta, tapi untuk misi yang lebih besar secara nasional. Sekarang AHY sudah mulai merambah nasional, termasuk Bali. Ini kaderisasi,” tegas Subanda.
Soal bunyi tulisan dalam baliho dan spanduk AHY yang banyak menyentil pemerintah, menurut Subanda, itu adalah sebuah aspirasi dalam berdemokrasi. “AHY mencuri point dalam menarik simpati rakyat. Itu salah satu strategi. Ya wajarlah, aspirasi masyarakat yang ditangkap AHY dituangkan dalam bentuk media baliho untuk dikomunikasikan kepada rakyat. Ini karakter Demokrat yang sesungguhnya. AHY ambil tema yang substansif di masyarakat,” katanya.
Baliho dan spanduk AHY yang notabene putra sulung SBY ini mulai tersebar ke seluruh Nusantara, termasuk Bali sejak beberapa hari terakhir. Pantauan NusaBali, Minggu (29/5), baliho dan spanduk AHY terpasang di sejumlah ruas jalan kawasan Kota Denpasar seperti di sepanjang Jalan Gatot Soebroto Denpasar, Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur, dan Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra Denpasar. Spanduk dan baliho AHY tersebut dilengkapi dengan kalimat-kalimat ajakan dan imbauan yang seolah-olah menyentil kondisi bangsa dan negara saat ini.
Spanduk AHY di Jalan Gatot Subroto Barat Denpasar, misalnya, banyak bertebaran dengan bertuliskan ‘Lakukan dan Tunjukan Kebaikan, Jangan Saling Menutupi Keburukan’. Ada juga spanduk AHY bertuliskan ‘Kekuasaan Itu untuk Mengayomi dan Mensejahterakan Rakyat’.
Ada lagi baliho AHY bertuliskan ‘Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi’. Dalam baliho teresebut, di sisi kirinya berisi foto AHY, sementara di sisi kanan tertera Wakil Sekjen DPP Demokrat Putu Supadma Rudana. Ada lagi spanduk berisi tulisan ‘Pemimpin Menyayangi, Jangan Membeci’. Spanduk lainnya berbunyi ‘Kekerasan Bukan Pilihan’.
Sementara itu, PDIP selaku pengusung Presiden Jokowi menganggap baliho dan spanduk AHY adalah normatif sebagai alat komunikasi. Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDIP Bali, IGN Alit Kusuma Kelakan, mengatakan AHY sedang mengupayakan popularitasnya. “Ya wajar-wajar saja, partai atau tokoh mana pun pasti melakukan komunikasi melalui media untuk mendongkrak popularitas,” ujar Alit Kelakan saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Denpasar, Senin kemarin.
Namun, soal sentilan-sentilan yang dilakukan AHY di baliho dan spanduknya, menurut Alit Kelakan, seharusnya melihat kondisi sesungguhnya pemerintahan Jokowi. Alit Kelakan menyebutkan, pemerintahan Jokowi pasang badan terhadap ideologi dan pelaksanaan Pancasila.
“Bukti Presiden Jokowi benar-benar menerapkan pelaksanaan Pancasila yang di dalamnya ada Bhinneka Tunggal Ika dengan 5 silanya, ketika beliau menerbitkan Keprres. Di era Pak SBY, nggak kan? Sekarang Pancasila wajib diperingati oleh bangsa dan negara dari berbagai elemen masyarakat Indonesia,” sebut mantan Wakil Gubernur Bali 2003-2008 ini.
Menurut Alit Kelakan, pemerintahan Jokowi justru ingin mengayomi lapisan masyarakat dengan Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika di dalam Pancasila benar-benar dilaksanakan. “Sekarang ini informasi sangat terbuka, radikalisme muncul. Namun, Presiden Jokowi berani bubarkan Ormas radikal. Itu bukti pemerintahan Jokowi peduli dengan situasi saat ini. Kan itu artinya pemerintah melindungi,” katanya.
(NusaBali)