Putri Seniman Besar Dibawa ke Panti Jompo
http://www.srinadifm.com/2017/08/putri-seniman-besar-dibawa-ke-panti.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Putri semata wayang seniman besar Buleleng, Gde Manik, yakni Putu Resik, 85, yang bertahunotahun hidup telantar, akhirnya dievakuasi ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Senin (14/8).
Setelah Bertahun-tahun Telantar dalam Kondisi Lumpuh
Perempuan sepuh berusia 85 tahun yang dalam kondisi lumpuh ini dijemput langsung petugas Dinas Sosial Kabupaten Buleleng di rumah adik sepupunya, Made Partia, 50, di kawasan Banjar Kauh Luan, Desa Jaragaja, Kecamatan Sawan.
Sebelum diantarkan ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Dadong (Nenek) Putu Resik terlihat sudah bersih dan rapi. Sebuah tas ransel berwarna merah berisi pakian Dadong Resik juga sudah siap. Sejak awal, Dadong Resik memang megkehendaki tinggal di panti jompo.
Senin siang sekitar pukul 11.00 Wita, Dadong Resik diantarkan petugas Dinas Sosial Buleleng ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, yang berlokasi di Banjar Enjung Sangiang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Proses evakuasi Dadong Resik ke Panti Sosial Tresna Werdha diiringi Made Partia, adik sepupunya yang belakangan ini mengurus perempuan lumpuh tersebut, dan seorang keponakannya. Selain itu, komunitas Peduli Kasih juga ikut mengantar Dadong Resik ke Panti Sosial Tresna Werdha.
Setelah sampai di Panti Sosial Tresna Werdha, Dadong Resik langsung diserahkan secara resmi oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang, kepada Koordinator Panti Sosial Tresna Werdha Jara mara Pati, Nyoman Wijaksa. Menurut Gede Komang, dengan serah terima kepada pihak panti jompo kemarin, maka Dadong Resik akan mendapatkan pelayanan penuh, baik dari segi asupan gizi, kesehatan, maupun pelayanan lainnya.
“Intinya, Dadong Resik bisa mendapatkan hidup yang lebih baik jika dibandingkan saat dia di rumah sepupunya di Desa Jagaraga. Sebab, di sini (Panti Sosial Tresna Werdha) semuanya ditanggung,” jelas Gede Komang. Selain itu, lanjut Gede Komang, Dadong Resik dapat menikmati hari tuanya dengan penuh kegembiraan dan sukacita di panti jompo, melalui komunikasi langsung dengan para lansia lainnya.
Sementara, Koordinator Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Nyoman Wijaksa, mengatakan pasca diserahterimakan dari Dinas Sosial Bukleleng kemarin, Dadong Resik langsung ditempatjan di Ruang Isolasi. Menurut Wijaksa, dengan ditempatkan di Runag Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha, Dadong Resik bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik selama 24 jam.
“Di Ruang Isolasi ada staf kami yang mengurus dan melayani penuh nanti, mulai dari makan, minum, mandi, cuci pakaian, hingga memakaikan pampers. Termasuk juga pengecekan kesehatan secara rutin. Kalau mau keluar kamar sekadar cari sinar matahari, pun diantarkan staf kami,” jelas Wijaksa.
Sejauh ini, ada 67 orang lansia yang dilayani di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati. Dari jumlah tersebut, 10 orang di antaranya sudah ditempatkan di Ruang Isolasi seperti Dadong Resik, karena memerlukan pelayanan penuh lantaran kondisi dan usianya. Sebanyak 5 orang di antara mereka senasib dengan Dadong Resik.
Wijaksa menyebutkan, membawa lansia ke panti jompo bukanlah bentuk ‘pembuangan’, tapi mencarikan teman. Kalau tinggal di rumah saat usia lanjut, mereka biasanya kesepian. “tapi, kalau di panti jompo, mereka bisa berkumpul dan curhat dengan teman-temannya. Yang masih usia produktif juga bisa berkarya sesuai dengan kemampuannya,” papar Wijaksa.
Sementara itu, Dadong Resik sempat beberapa kali mengucapkan kata terimakasih, setelah dipindahkan ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Senin kemarin. Bahkan, ketika diterima oleh pihak panti, Dadong Resik sempat menerikkan nama almarhum ayahnya, ‘Hidup Gde Manik’. Ketika didorog dengan kursi roda menuju Runag Isolasi pun, Dadong Resik sempat melantunkan sebuah lagu kesenian Janger di masa lalu.
Dadong Resik sendiri merupakan anak semata wayang seniman besar Buleleng, Gde Manik. Dadong Resik pernah tiga kali menikah dengan pria dari Desa Jagaraga. Namun, dari tiga kali pernikahannya itu, Putu Resik hanya memiliki seorang anak dari suami ketiganya, Putu Wira, yang sudah almarhum.
Sayangnya, kebahagian memiliki seorang anak tidak berlangsung lama. Sebab, anak lelaki semata wayanynya yang diberi nama Gede Redita keburu meninggal saat usianya baru 4 tahun. Penderitaan Putu Resik terus berlanjut, saat dia kemudian diceraikan suaminya dan harus kembali ke rumah asalnya.
Hingga suatu saat Putu Resik diajak oleh kerabatnya, Gede Paneca, merantau ke Jakarta, untuk bantu mengasuh anak dan bersih-bersih rumah. Putu Resik pun lama di Jakarta. Barulah 5 tahun silam, Putu Resik diantarkan pulang ke Desa Jagaraga oleh Gede Paneca, karena kondisinya yang sudah sepuh.Karena sudah tidak memiliki anak, Putu Resik kemudian dirawat adik sepupunya yang miskin, Made Partia, di Desa Jagaraga, sepulang dari Jakarta.
Petugas Dinas Sosial Buleleng sempat bertandang langsung ke rumah Made Partia di Desa Jagaraga, Selasa (8/8) lalu, untuk menjenguk putri seniman besar Gde Manik. Bahkan, Kadis Sosial Gede Komang juga ikut terjun. Dari situlah muncul gagaswan untuk membawa Dadong Resik ke panti jompo.
Sebelum diantarkan ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Dadong (Nenek) Putu Resik terlihat sudah bersih dan rapi. Sebuah tas ransel berwarna merah berisi pakian Dadong Resik juga sudah siap. Sejak awal, Dadong Resik memang megkehendaki tinggal di panti jompo.
Senin siang sekitar pukul 11.00 Wita, Dadong Resik diantarkan petugas Dinas Sosial Buleleng ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, yang berlokasi di Banjar Enjung Sangiang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Proses evakuasi Dadong Resik ke Panti Sosial Tresna Werdha diiringi Made Partia, adik sepupunya yang belakangan ini mengurus perempuan lumpuh tersebut, dan seorang keponakannya. Selain itu, komunitas Peduli Kasih juga ikut mengantar Dadong Resik ke Panti Sosial Tresna Werdha.
Setelah sampai di Panti Sosial Tresna Werdha, Dadong Resik langsung diserahkan secara resmi oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang, kepada Koordinator Panti Sosial Tresna Werdha Jara mara Pati, Nyoman Wijaksa. Menurut Gede Komang, dengan serah terima kepada pihak panti jompo kemarin, maka Dadong Resik akan mendapatkan pelayanan penuh, baik dari segi asupan gizi, kesehatan, maupun pelayanan lainnya.
“Intinya, Dadong Resik bisa mendapatkan hidup yang lebih baik jika dibandingkan saat dia di rumah sepupunya di Desa Jagaraga. Sebab, di sini (Panti Sosial Tresna Werdha) semuanya ditanggung,” jelas Gede Komang. Selain itu, lanjut Gede Komang, Dadong Resik dapat menikmati hari tuanya dengan penuh kegembiraan dan sukacita di panti jompo, melalui komunikasi langsung dengan para lansia lainnya.
Sementara, Koordinator Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Nyoman Wijaksa, mengatakan pasca diserahterimakan dari Dinas Sosial Bukleleng kemarin, Dadong Resik langsung ditempatjan di Ruang Isolasi. Menurut Wijaksa, dengan ditempatkan di Runag Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha, Dadong Resik bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik selama 24 jam.
“Di Ruang Isolasi ada staf kami yang mengurus dan melayani penuh nanti, mulai dari makan, minum, mandi, cuci pakaian, hingga memakaikan pampers. Termasuk juga pengecekan kesehatan secara rutin. Kalau mau keluar kamar sekadar cari sinar matahari, pun diantarkan staf kami,” jelas Wijaksa.
Sejauh ini, ada 67 orang lansia yang dilayani di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati. Dari jumlah tersebut, 10 orang di antaranya sudah ditempatkan di Ruang Isolasi seperti Dadong Resik, karena memerlukan pelayanan penuh lantaran kondisi dan usianya. Sebanyak 5 orang di antara mereka senasib dengan Dadong Resik.
Wijaksa menyebutkan, membawa lansia ke panti jompo bukanlah bentuk ‘pembuangan’, tapi mencarikan teman. Kalau tinggal di rumah saat usia lanjut, mereka biasanya kesepian. “tapi, kalau di panti jompo, mereka bisa berkumpul dan curhat dengan teman-temannya. Yang masih usia produktif juga bisa berkarya sesuai dengan kemampuannya,” papar Wijaksa.
Sementara itu, Dadong Resik sempat beberapa kali mengucapkan kata terimakasih, setelah dipindahkan ke Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Senin kemarin. Bahkan, ketika diterima oleh pihak panti, Dadong Resik sempat menerikkan nama almarhum ayahnya, ‘Hidup Gde Manik’. Ketika didorog dengan kursi roda menuju Runag Isolasi pun, Dadong Resik sempat melantunkan sebuah lagu kesenian Janger di masa lalu.
Dadong Resik sendiri merupakan anak semata wayang seniman besar Buleleng, Gde Manik. Dadong Resik pernah tiga kali menikah dengan pria dari Desa Jagaraga. Namun, dari tiga kali pernikahannya itu, Putu Resik hanya memiliki seorang anak dari suami ketiganya, Putu Wira, yang sudah almarhum.
Sayangnya, kebahagian memiliki seorang anak tidak berlangsung lama. Sebab, anak lelaki semata wayanynya yang diberi nama Gede Redita keburu meninggal saat usianya baru 4 tahun. Penderitaan Putu Resik terus berlanjut, saat dia kemudian diceraikan suaminya dan harus kembali ke rumah asalnya.
Hingga suatu saat Putu Resik diajak oleh kerabatnya, Gede Paneca, merantau ke Jakarta, untuk bantu mengasuh anak dan bersih-bersih rumah. Putu Resik pun lama di Jakarta. Barulah 5 tahun silam, Putu Resik diantarkan pulang ke Desa Jagaraga oleh Gede Paneca, karena kondisinya yang sudah sepuh.Karena sudah tidak memiliki anak, Putu Resik kemudian dirawat adik sepupunya yang miskin, Made Partia, di Desa Jagaraga, sepulang dari Jakarta.
Petugas Dinas Sosial Buleleng sempat bertandang langsung ke rumah Made Partia di Desa Jagaraga, Selasa (8/8) lalu, untuk menjenguk putri seniman besar Gde Manik. Bahkan, Kadis Sosial Gede Komang juga ikut terjun. Dari situlah muncul gagaswan untuk membawa Dadong Resik ke panti jompo.
(NusaBali)