Kawah Gunung Agung Retak 80 Meter
http://www.srinadifm.com/2017/09/kawah-gunung-agung-retak-80-meter.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) temukan ada retakan sepanjang 50-80 meter di kawah Gunung Agung. Selain itu, terdeteksi hotspot (areal panas) seluas 120 meter persegi di dalam kawah gunung setinggi 3.141 meter di atas permukaan laut (Dpl) ini.
Menurut Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Devy Kamil, retakan 60-80 meter dan hotspot 120 meter persegi itu terdeteksi melalui pencitraan terakhir menggunakan satelit khusus, 27 September 2017. "Di sisi timur ada citra panas, bahkan di tengah kawah sudah muncul retakan baru berukuran 60-80 meter. Kalau hotspotnya sekitar 120 meter persegi," ujar Devy Kamil kepada detikcom di Pos Pengamatan Gunung Agung kawasan Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (28/9).
Devy Kamil menyatakan, hotspot tersebut merupakan ventilasi asap kawah keluar yang teramati, Kamis pagi. Sementara di retakan belum tampak panas yang terekam kamera thermal satelit. "Kita gunakan citra satelit khusus yang dapat mengambil citra, baik foto udara maupun thermal. Tapi, ini kan indikasi magma di bawah Gunung Agung semakin kuat," ujar Devy.
Citra satelit ini menjadi sangat penting untuk mengamati perkembangan di kawah Gunung Agung. Foto-foto kawah dari satelit bisa disandingkan dengan data-data seismik dan deformasi dari Gunung Agung. "Dari satelit kan kita sudah melihat perubahan energi thermal dan luas area panas. Jadi, dari situ sudah kita lihat ada perubahan signifikan sejak pertengahan September 2017 dan sejalan dengan seismik yang kita alami," katanya.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah tuntas pasang 5 unit early warning system (sistem peringatan dini) untuk mengetahui awal memulainya erupsi Gunung Agung, Kamis kemarin. Lokasi terpasangnya EWS di titik strategis yang langsung berhubungan ke Gunung Agung.
Kelima EWS setinggi masing-masing 5 meter itu dipasang di Polsek Kubu, Pos Polisi Kubu (di Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem), Polsek Rendang (di Banjar Menanga Kawan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem), Koramil Karangasem (di Lingkungan Belong, Kelurahan Karangasem), dan jaba Pura Bale Agung Desa Pakraman Selat (Kecamatan Selat, Karangasem). Khusus sirene peringatan dini di Pura Bale Agung Desa Pakraman Selat terpasang paling awal, Rabu (27/9) pagi.
Semua EWS yang dipasang ini mengarah ke puncak Gunung Agung. Dengan demikian, embusan asap tipis yang mulai mengepul terlihat dari peralat tersebut. "Alat itu (EWS) tidak otomatis berbunyi jika telah terjadi erupsi. Nanti petugas Polsek Rendang bersama petugas BPBD yang membunyikan jika Gunung Agung erupsi," ungkap Kapolsek Rendang, Kompol I Nengah Berata, saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Menurut Kompol Berata, petugas Polsek Rendang sudah dilatih pihak BPBD untuk mengoperasikan alat EWS tersebut jika Gunung Agung benar-benar telah erupsi. Nantinya, sirine akan dibunyikan selama 2 jam dan terdengar nyaring dalam radius 2 kilometer, sehingga warga sekitar sempat bersiap menyelamatkan diri dari bahaya Gunung Agung meletus.
Paparan senada juga disampaikan Danramil Karangasem, Kapten Caj I Nyoman Mangku. Menurut Kapten Mangku, petugas Koramil Karangasem juga sudah dilatih pihak BPBD tata cara mengoperasikan sirine jika telah terlihat adanya erupsi Gunung Agung. “Peralatan ini dijaga full 24 jam secara bergantian,” tandas Kapten Mangku.
Sementara itu, Presiden Jokowi gelar rapat terbatas soal bencana Gunung Agung di Istana Negara Jakarta, Kamis kemarin. Dari rapat tersebut, Presiden Jokowi perintahkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika segera melakukan langkah-langkah tindakan. "Presiden sudah perintahkan kepada Pak Gubernur untuk segera melakukan langkah-langkah tindakan berkaitan dengan hal-hal yang perlu kita lakukan dalam waktu yang tidak pasti ini," ujar Menko Pembangunan Manusia dan Kebu-dayaan (PMK), Puan Maharani, seusai rapat kemarin.
Menurut Puan, berbagai kebutuhan berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung tersebut juga udah disiapkan. Puan mengatakan, yang perlu ditekankan saat ini yakni peningkatan aktivitas Gunung Agung tidak berkaitan dengan pariwisata di Bali. Pemerintah telah menyiapkan skenario berkenaan dengan masalah pariwisata di Bali.
"Perlu kami tekankan, tidak ada masalah berkaitan dengan pariwisata. Sudah dilakukan strategi bagaimana kemudian memang terjadi dampak yang lebih luas berkaitan dengan transportasi. Semuanya aman, karena memang tidak semua desa atau wilayah terdampak secara luas. Hanya beberapa desa di Karangasem yang terdampak erupsi. Namun, memang kalau kita lihat radiusnya secara keseluruhan memang sudah semua 9 kabupaten kota di Bali yang terkena dampaknya," tandas Puan.
Sedangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika meyakini pariwisata di Pulau Dewata tidak akan terganggu meski bencana erupsi Gunung Agung terjadi. Maksimal dampak dari erupsi Gunung Agung di luar debu vulkanik hanya sekitar 12 km. "Jadi, jangan dipikirkan ini dahsyat betul, sehingga menjadi semacam ancaman bagi pariwisata dan kehidupan masyarakat Bali," ujar Gubernur Pastika seusai rapat terbatas di Istana Negara kemarin.
Pastika menyebutkan, dampak letusan Gunung Agung diperkirakan terjadi hanya di sekitar Kabupaten Karangasem. Dan, tidak semua desa di Karangasem terkena dampak. "Itu kan Kabupaten Karangasem, 64 desa itu aman. Ini bupatinya masih tenang-tenang saja kok. Apalagi Denpasar, Nusa Dua, jauh banget," papar Pastika, yang kemarin hadiri rapat di Istana Negara bersama Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta.
Pastika juga memaparkan angka kunjungan wisata ke Bali setelah meningkatnya aktivitas Gunung Agung masih tinggi. Sejauh ini, belum terjadi penurunan angka kunjungan wisata ke Bali, meskipun beberapa negara sudah mengeluarkan travel warning. Penerbangan dan hotel di Bali juga masih penuh.
"Belum ada (penurunan). Walaupun ada travel warning, apa pun tetap saja penuh pesawat. Hotel juga tetap penuh. Saya kira mereka lihat sendiri apa yang terjadi di Bali. Memang kadang berita itu kan gede-gede banget, serem-serem amat. Menurut saya nggak serem amat sih."
Meski demikian, Pastika mengingatkan wisatawan petualang untuk tidak mendekati Gunung Agung. "Pariwisata masih penuh, hanya yang saya anjurkan jangan mendekati tempat bahaya, itu saja. Masih ada itu, saya lihat. Tapi, saya imbau kepada mereka semua, terutama yang senang wisata petualangan," tandas mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) ini.
(NusaBali)