Ni Kadek Piri Rasakan Desa Sebudi Lebih Panas, Gempa Setiap Malam dengan Karakter Seperti Ini
http://www.srinadifm.com/2017/09/ome-news-bali-denpasar-budaya-bisnis.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Ni Kadek Piri (41) bersimpuh di aula Sri Radha Kunjavihari Ashram, Desa Paksebali , Klungkung, Kamis (21/9/2017).
Belasan kantong plastik yang berisi pakaian dan mie instan berjejer disekitarnya.
Ni Kadek Piri merupakan warga Dusun Pura, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem yang mengungsi ke Klungkung karena khawatir dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung.
Selain bersama kedua anaknya, Ni Kadek Piri mengungsi bersama suaminya, Wayan Sujana (42) dan mertuanya, Ni Ketut Kembang.
“Kita mengungsi sejak Selasa malam (21/9/2017), karena khawatir dan takut. Hampir setiap malam kami rasakan gempa. Kami khawatir jika Gunung Agung nanti meletus,” ungkap Ni Kadek Pari sembari merapikan sejumlah pakaian miliknya.
Ni Kadek Piri dan keluarganya benar-benar merasa khawatir setelah merasakan keanehan di lingkungannya.
Selain lebih sering merasakan gempa, ia mengungkapkan jika suhu di Desa Sebudi yang berjarak sekitar 3 kilometer dari kawah Gunung Agung terasa lebih panas dari biasanya.
“Walaupun belum ada tanda hewan turun dari Gunung, tapi kami merasakan suhu itu lebih panas dari biasanya. Kami khawatir kalau terjadi apa-apa, kami lebih memilih untuk mengungsi. Kebetulan suami saya bakta di ashram ini,” jelasnya.
Ia menyebutkan, sudah hampir 75 persen warga di Desa Sebudi mengungsi ke Klungkung dan wilayah Rendang. “Gempa itu rasanya beda. Rasanya naik dan turun, ini yang membuat kami dan warga lainnya khawatir,” ungkapnya.
Sejumlah 7 kepala keluarga atau sekitar 32 jiwa warga Banjar Lebih, Desa Sebudi, Karangasem mulai mengungsi ke Klungkung, Rabu malam (20/9/2017).
Mereka berinisiatif mengungsi secara mandiri setelah marasakan tanda-tanda alam yang sama saat Gunung Agung meletus di tahun 1963 silam.
sumber : tribunbali.com