Bisnis Palinggih Batu Selem 'Macet'
http://www.srinadifm.com/2017/10/bisnis-palinggih-batu-selem-macet.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Bisnis palinggih (bangunan suci) berbahan batu lahar atau yang lumrah disebut palinggih batu selem (hitam) terimbas akibat kondisi tak menentu Gunung Agung di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem.
Sebagian besar penjual maupun perajin palinggih batu selem terpaksa menghentikan usaha mereka. Kelangkaan bahan baku yakni batu selem jadi penyebabnya. Sejak kondisi ‘darurat’ Gunung Agung, pasokan batu lahar macet.
I Nyoman Warsa, seorang perajin palinggih di kawasan by pass Ida Bagus Mantra di jalur Ketewel-Denpasar menuturkan hal itu. “Tidak bisa bekerja sekarang. Tidak ada bahan,”cerita Warsa Kamis (5/10).
Kata Warsa, bukan hanya di bengkel kerjanya dia yang tidak beroperasi, namun juga dialami sebagian besar penjual palinggih batu selem. Hampir sepanjang jalur Bypass Ida Bagus Mantra, mulai dari Klungkung sampai dengan Tohpati, Denpasar. “Langganan pemasok mengungsi, sehingga tidak ada kiriman,” kata Warsa.
Kondisi tersebut membuat para pembuat palinggih ‘menganggur’. Mereka tidak bisa bekerja. Kalau ada yang masih satu dua tempat penjualan palinggih masih beroperasi, bisa dipastikan itu karena mereka masih memiliki sisa bahan stok lama. Kalau stok batu selem kiriman baru, tidak ada.
Walau kadang ada penawaran batu selem, harganya sudah naik banyak. Biasanya dari Rp 7 juta per truk, kini harganya sampai Rp 12 juta per truk. Untuk diketahui batu selem/hitam selama ini dipasok dari Karangasem. Batu tersebut merupakan batu lahar dari letusan Gunung Agung terdahulu.
Para pembuat palinggih tidak bisa berbuat apa-apa terhadap macet pasokan batu selem. Mereka juga tidak berani menyanggupi pesanan. Jika kondisi normal, semestinya para penjual maupun perajin palinggih sedang dalam puncak kesibukan mengerjakan palinggih. Baik palinggih pesanan atau stok. “Karena kan sekarang sudah Galungan,” kata Warsa.
Menurut Warsa pesanan sesungguhnya ramai, namun tak mungkin disanggupi. “Banyak teman- teman yang menolak DP,” ungkap Warsa. Dari pantauan, sebagian besar penjual palinggih khusus batu selem di sepanjang jalur Bypass Ida Bagus Mantra di Denpasar dan sekitarnya terlihat sepi aktivitas. Mesin gerinda besar peralatan pokok pemotong batu lahar sudah dibongkar pemiliknya. Beberapa bengkel lokasi jualan terlihat mamung (sepi), karena ditinggal pemiliknya.
I Nyoman Warsa, seorang perajin palinggih di kawasan by pass Ida Bagus Mantra di jalur Ketewel-Denpasar menuturkan hal itu. “Tidak bisa bekerja sekarang. Tidak ada bahan,”cerita Warsa Kamis (5/10).
Kata Warsa, bukan hanya di bengkel kerjanya dia yang tidak beroperasi, namun juga dialami sebagian besar penjual palinggih batu selem. Hampir sepanjang jalur Bypass Ida Bagus Mantra, mulai dari Klungkung sampai dengan Tohpati, Denpasar. “Langganan pemasok mengungsi, sehingga tidak ada kiriman,” kata Warsa.
Kondisi tersebut membuat para pembuat palinggih ‘menganggur’. Mereka tidak bisa bekerja. Kalau ada yang masih satu dua tempat penjualan palinggih masih beroperasi, bisa dipastikan itu karena mereka masih memiliki sisa bahan stok lama. Kalau stok batu selem kiriman baru, tidak ada.
Walau kadang ada penawaran batu selem, harganya sudah naik banyak. Biasanya dari Rp 7 juta per truk, kini harganya sampai Rp 12 juta per truk. Untuk diketahui batu selem/hitam selama ini dipasok dari Karangasem. Batu tersebut merupakan batu lahar dari letusan Gunung Agung terdahulu.
Para pembuat palinggih tidak bisa berbuat apa-apa terhadap macet pasokan batu selem. Mereka juga tidak berani menyanggupi pesanan. Jika kondisi normal, semestinya para penjual maupun perajin palinggih sedang dalam puncak kesibukan mengerjakan palinggih. Baik palinggih pesanan atau stok. “Karena kan sekarang sudah Galungan,” kata Warsa.
Menurut Warsa pesanan sesungguhnya ramai, namun tak mungkin disanggupi. “Banyak teman- teman yang menolak DP,” ungkap Warsa. Dari pantauan, sebagian besar penjual palinggih khusus batu selem di sepanjang jalur Bypass Ida Bagus Mantra di Denpasar dan sekitarnya terlihat sepi aktivitas. Mesin gerinda besar peralatan pokok pemotong batu lahar sudah dibongkar pemiliknya. Beberapa bengkel lokasi jualan terlihat mamung (sepi), karena ditinggal pemiliknya.
(NusaBali)