Ogoh-Ogoh Tinggi 7 Meter dan Berat 1 Ton, Digarap 7 Bulan
http://www.srinadifm.com/2018/02/ogoh-ogoh-tinggi-7-meter-dan-berat-1.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Sebuah ogoh-ogoh ukuran jumbo untuk Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 yang akan jatuh pada 17 Maret 2018 mendatang, tengah disiapkan Rukun Pemuda Pemudi Titih, Desa Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Barat. Ogoh-ogoh bertajuk ‘Ratu Gede Mas Mecaling’ ini dirancang setinggi 7 meter, berdiameter 3 meter, dengan panjang duduk bersila 8 meter dan 6 meter, di mana penggarapannya dilakukan selama 7 bulan.
Ogoh-ogoh berukuran jumbo dengan berat mencapai 1 ton ini digarap bersama oleh pemuda tiga banjar di Titih, Desa Dauh Puri Kangin, yakni Banjar Titih Kaja, Banjar Titih Kelod, dan Banjar Titih Tengah. Penggarapannya telah dimulai sejak 16 Agustus 2017 lalu dan ditargetkan selesai H-5 Pangrupukan Nyepi, 11 Maret 2018 mendatang.
Saat ini, ogoh-ogoh ukuran jumbo masih dalam bentuk kerangka, yang kerangkanya semua terbuat dari bambu dan rotan. Berat kerangkanya saat ini sudah mencapai 400 kilogram atau 0,4 ton. Menurut tokoh pemuda Banjar Titih, I Made Manik Dewantara, yang sekaligus peng-gagas dan arsitek ogoh-ogoh jumbo ‘Gede Ratu Mas Mecaling’, saat ini pengerjaan rangka sudah mencapai 40 persen. Pengerjaan dilakukan sejak 16 Agustus 2017, di mana setiap hari dikerahkan 50 orang untuk bekerja secara bergilir.
“Untuk penyelesaian tahap demi tahap, kami berupaya mengerjakan setiap malam hingga dinihari,” ujar Made Manik Dewantara saat ditemui NusaBali di Bale Banjar Titih, Jumat (9/2).
Manik Dewantara menyebutkan, ogoh-ogoh jumbo ‘Gede Ratu Mas Mecaling’ seberat 1 ton ini nantinya menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta. Uang sebesar itu dihimpun melalui penggalian dana, termasuk menggelar bazar dan minta sumbangan dari masyarakat. “Kami membutuhkan banyak biaya untuk membeli bahan ogoh-ogoh,” kata Manik Dewantara.
Bahan yang dibutuhkan untuk kerangka ogoh-ogoh saja, lanjut dia, antara lain, sebanyak 35 batang bambu dengan panjang masing-masing 5 meter, 200 batang rotan, dan 10 kilogram kawat. Setelah kerangka ogoh-ogoh nantinya selesai, akan dilakukan penambalan menggunakan koran dan lem kanji untuk proses pembentukan dan rupa ogoh-ogoh ‘Gede Ratu Mas Mecaling’.
Nantinya, dibutuhkan tambahan bahan berupa kain beludru sebanyak 35 meter, kertas koran sebanyak 20 kilogram, kertas semen sebanyak 20 kilogram, dan tepung kanji sebanyak 15 kilogram. Kain beludri khusus digunakan sebagai kulit ogoh-ogoh.
Menurut Manik Dewantara, ogoh-ogoh yang akan diarak saat malam Pangrupukan Nyepi atau sehari jelang Nyepi Tahun Baru Saka, 16 Maret 2018 nanti, bakal menjulang tinggi, lebar, dan amat berat. “Perlu 80 orang untuk nyunggi (usung) ogoh-ogoh ‘Ratu Gede Mas Mecaling’ ini,” jelas Manik Dewantara.
Sementara itu, Ketua Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Titih Tengah, I Putu Septya Setiawan, mengatakan sejak awal dibuat, kerangka ogoh-ogoh yang digarap bersama-sama oleh pemuda dari tiga banjar ini baru sempat dua kali diturunkan ke depan bale banjar. “Kerangka ogoh-ogoh kami kelurkan dari bale banjar untuk mengukur anatominya,” jelas Setiawan, Jumat kemarin.
Menurut Setiawan, ogoh-ogoh ‘ratu Gede Mas Mecaling’ ini dibuat model knock down alias bisa dibongkar pasang. Dengan konsep bisa dipasang dan dilepas ini, pembuatan ogoh-ogoh setinggi 7 meter tidak sampai mengganggu arus lalulintas di depan Bale Banjar Titih.
Setiawan memamaprkan, tiga banjar bertetangga sepakat berkolaborasi membuat satu ogoh-ogoh ukuran jumbo, sebagai bagian upaya untuk lebih menjalin erat hubungan antar-pemuda setempat. “Menurut para panglingsir, dulunya Titih ini hanya satu banjar. Kemudian, terjadi pemekaran hingga berkembang menjadi tiga banjar seperti sekarang,” tandas Setiawan.
Ogoh-ogoh berukuran jumbo dengan berat mencapai 1 ton ini digarap bersama oleh pemuda tiga banjar di Titih, Desa Dauh Puri Kangin, yakni Banjar Titih Kaja, Banjar Titih Kelod, dan Banjar Titih Tengah. Penggarapannya telah dimulai sejak 16 Agustus 2017 lalu dan ditargetkan selesai H-5 Pangrupukan Nyepi, 11 Maret 2018 mendatang.
Saat ini, ogoh-ogoh ukuran jumbo masih dalam bentuk kerangka, yang kerangkanya semua terbuat dari bambu dan rotan. Berat kerangkanya saat ini sudah mencapai 400 kilogram atau 0,4 ton. Menurut tokoh pemuda Banjar Titih, I Made Manik Dewantara, yang sekaligus peng-gagas dan arsitek ogoh-ogoh jumbo ‘Gede Ratu Mas Mecaling’, saat ini pengerjaan rangka sudah mencapai 40 persen. Pengerjaan dilakukan sejak 16 Agustus 2017, di mana setiap hari dikerahkan 50 orang untuk bekerja secara bergilir.
“Untuk penyelesaian tahap demi tahap, kami berupaya mengerjakan setiap malam hingga dinihari,” ujar Made Manik Dewantara saat ditemui NusaBali di Bale Banjar Titih, Jumat (9/2).
Manik Dewantara menyebutkan, ogoh-ogoh jumbo ‘Gede Ratu Mas Mecaling’ seberat 1 ton ini nantinya menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta. Uang sebesar itu dihimpun melalui penggalian dana, termasuk menggelar bazar dan minta sumbangan dari masyarakat. “Kami membutuhkan banyak biaya untuk membeli bahan ogoh-ogoh,” kata Manik Dewantara.
Bahan yang dibutuhkan untuk kerangka ogoh-ogoh saja, lanjut dia, antara lain, sebanyak 35 batang bambu dengan panjang masing-masing 5 meter, 200 batang rotan, dan 10 kilogram kawat. Setelah kerangka ogoh-ogoh nantinya selesai, akan dilakukan penambalan menggunakan koran dan lem kanji untuk proses pembentukan dan rupa ogoh-ogoh ‘Gede Ratu Mas Mecaling’.
Nantinya, dibutuhkan tambahan bahan berupa kain beludru sebanyak 35 meter, kertas koran sebanyak 20 kilogram, kertas semen sebanyak 20 kilogram, dan tepung kanji sebanyak 15 kilogram. Kain beludri khusus digunakan sebagai kulit ogoh-ogoh.
Menurut Manik Dewantara, ogoh-ogoh yang akan diarak saat malam Pangrupukan Nyepi atau sehari jelang Nyepi Tahun Baru Saka, 16 Maret 2018 nanti, bakal menjulang tinggi, lebar, dan amat berat. “Perlu 80 orang untuk nyunggi (usung) ogoh-ogoh ‘Ratu Gede Mas Mecaling’ ini,” jelas Manik Dewantara.
Sementara itu, Ketua Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Titih Tengah, I Putu Septya Setiawan, mengatakan sejak awal dibuat, kerangka ogoh-ogoh yang digarap bersama-sama oleh pemuda dari tiga banjar ini baru sempat dua kali diturunkan ke depan bale banjar. “Kerangka ogoh-ogoh kami kelurkan dari bale banjar untuk mengukur anatominya,” jelas Setiawan, Jumat kemarin.
Menurut Setiawan, ogoh-ogoh ‘ratu Gede Mas Mecaling’ ini dibuat model knock down alias bisa dibongkar pasang. Dengan konsep bisa dipasang dan dilepas ini, pembuatan ogoh-ogoh setinggi 7 meter tidak sampai mengganggu arus lalulintas di depan Bale Banjar Titih.
Setiawan memamaprkan, tiga banjar bertetangga sepakat berkolaborasi membuat satu ogoh-ogoh ukuran jumbo, sebagai bagian upaya untuk lebih menjalin erat hubungan antar-pemuda setempat. “Menurut para panglingsir, dulunya Titih ini hanya satu banjar. Kemudian, terjadi pemekaran hingga berkembang menjadi tiga banjar seperti sekarang,” tandas Setiawan.
sumber : nusabali.com