Surat Permintaan Maaf Viral yang Akhiri Larangan 18 Tahun Menginap di Hotel
http://www.srinadifm.com/2018/04/surat-permintaan-maaf-viral-yang-akhiri.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Nick Burchill adalah seorang pria pekerja kantoran pada umumnya, namun ia telah membuat satu kesalahan besar, sehingga dimasukkan ke 'daftar hitam' oleh sebuah hotel di Kanada selama lebih dari 17 tahun.
Dikutip dari News.com.au pada Kamis (5/4/2018), kesalahan besar tersebut berasal dari sebuah 'pesta pizza' yang dilakukannya di sebuah kamar hotel Fairmont Empress Victoria, Kanada.
Karena membiarkan jendela kamar terbuka, dan sisa-sisa pizza berserakan, akhirnya mengundang perhatian burung camar masuk mengacak-ngacak.
Karena kerusakan yang cukup parah itu, Burchill pun dilarang untuk menginap, dan bahkan berkunjung, di hotel tersebut.
Setelah 18 tahun berlalu, Burchill pun menulis surat permintaan maaf dengan sepenuh hati, yang ia unggah di akun Facebook miliknya.
Surat permintaan maaf tersebut menjadi viral, karena dianggap jujur sekaligus menggelitik. Hingga akhirnya, hal itu menarik perhatian hotel bersangkutan, yang kemudian mengizinkan kembali Burchill untuk berkunjung dan menginap di sana.
Nick pun memperbarui unggahannya di Facebook pada awal pekan ini, menyampaikan kabar gembira bahwa ia telah mendapat 'pengampunan'.
Ia mengunggah status: "Ryan, manajer hotel, telah memberi tahu secara lisan, bahwa saya akan kembali diterima sebagai tamu. Saya berhasil meyakinkan mereka."
Di satu sisi, hotel tersebut juga mengunggah tanggapan terhadap surat permintaan maaf yang diajukan oleh Burnchill.
"Sama seperti orang lain, Fairmont Empress senang bisa membaca surat permintaan maaf dari Mr. Burchill. Serangkaian kejadian malang yang terjadi bertahun-tahun lalu, telah kami lupakan. Kini, kami dengan senang hati mencabut larangan tersebut," tulis hotel tersebut di dalam sebuah unggahan di Facebook.
Disebutkan oleh hotel bisnis tersebut, bahwa pihak manajemen akan dengan senang hati menyambut kedatangan Burnchill kapan pun.
Ditambah, sejak renovasi senilai 60 juta dolar Kanada (sekitar Rp 64,7 miliar) pada 2017 lalu, hotel itu mengklaim telah menambah beragam fasilitas modern yang akan semakin memanjakan setiap tamu menginap.
Kepada Empress Hotel:
Ini mungkin tampak seperti permintaan yang tidak biasa, tetapi saya menulis kepada Anda hari ini, meminta maaf dengan tulus.
Tujuh belas tahun lalu, serangkaian peristiwa malang menyebabkan saya dilarang menginap di hotel Anda. Saya ingin menjelaskan kejadian itu.
Pada 2001, saya baru saja bergabung dengan tempat saya bekerja saat ini, Xxx, sekaligus menajdi anggota Angkatan Laut Kanada. Xxx menjadi tuan rumah konferensi pelanggan di Empress Hotel, dan itu adalah acara pertama saya dengan perusahaan.
Saya memberi tahu teman angkatan laut bahwa saya akan keluar ke arah barat kota, dan saya diminta membeli beberapa kotak pizza dari Halifax. Ini adalah pizza lezat andalan masyarakat lokal.
Terburu-buru, saya mengisi koper dengan pizza pepperoni untuk teman-teman saya. Sebagian dibungkus dalam plastik, beberapa di kertas cokelat.
Padahal, seluruh pizza tersebut baru akan disantap keesokan hari, sehingga saya berpikir akan menyimpannya di kamar, dengan jendela terbuka untuk memberikan sirkulasi udara yang baik.
Kamar saya adalah ruangan yang bagus, besar, berada di lantai empat dan menghadap ke lautan. Namun sayangnya, tidak memiliki lemari es.
Saat itu bulan April, udara terasa dingin. Cara mudah untuk menjaga agar semua makanan ini tidak cepat membusuk, adalah dengan tetap berada di samping jendela yang terbuka. Saya menyebarkan kotak-kotak pizza pepperoni itu di atas meja dan ambang jendela.
Setelahnya, saya berjalan-jalan ... selama sekitar empat atau lima jam.
Saat kembali ke hotel, saya ingat berjalan menyusuri aula panjang, lalu membuka pintu kamar, dan terkejut menemukan sekelompok burung camar di dalamnya.
Saya tidak punya waktu untuk menghitung jumlahnya, yang pasti sangat banyak, sekitar 40 ekor burung camar. Mereka hampir menghabiskan seluruh pizza pepperoni yang saya simpan.
Apa yang saya tidak sadari sampai saat itu adalah, burung-burung camar juga meneteskan air liur, terutama saat mereka makan pepperoni.
Saya yakin Anda memiliki gambaran di kepala tentang kelalaian ini.
Saat saya baru saja masuk ke ruangan, puluhan burung camar segera berterbangan, dan menabrak benda-benda di sekitarnya, sehingga membuat interior sangat berantakan. Mereka berebut kabur melalui celah jendela yang terbuka.
Hasilnya adalah campuran sampah dari kotoran burung camar, bulu-bulu, dan potongan pizza pepperoni. Lampu-lampu di kamar berjatuhan, tirai terlepas dari jalurnya, dan nampan kopi penuh dengan noda menjijikkan.
Sebagian besar burung camar segera pergi, namun ada satu yang mencoba masuk kembali ke kamar, dan mengambil sepotong pizza pepperoni. Dalam keadaan gelisah, saya melepas salah satu sepatu, dan melemparkan ke arahnya.
Kejadian itu terjadi cukup cepat, di sore hari ketika The Empress tengah menyelenggarakan prosesi 'high tea' yang terkenal, dan berlokasi tepat di halaman tepi laut, di bawah kamar saya.
Saya menduga sekelompok besar wisatawan terkejut oleh lemparan sepatu saya, yang pertama, dan berjatuhannya cukup banyak 'sampah' yang dibawa terbang oleh para burung camar.
Terdapat Banyak Kerusakan
Ada banyak kerusakan. Saya adalah karyawan baru di perusahaan dan sedang mencoba membuat kesan yang baik di acara penting ini.
Saya kemudian menyadari hanya memiliki beberapa menit sebelum jamuan makan yang penting, dan sepatu di kaki saya hanya tersisa satu buah.
Aku berjalan ke salah satu pintu samping dan mengambil kembali sepatu serta handuk yang tergeletak di tanah basah di dekat jalan setapak.
Sepatu itu berlumuran noda. Saya membawanya kembali ke kamar. Pada saat ini, saya telah menutup jendela, dan udara di kamar berbau pizza pepperoni serta amis dari burung camar.
Saya kemudian mencuci sepatu tersebut di kamar mandi, dan mengeringkannya dengan mesin pengering rambut. Hal itu berhasil, meski mesinnya sempat terkendala macet beberapa menit.
Namun, listrik tiba-tiba padam. Hal itu ternyata diakibatkan oleh pengering rambut yang terlempar ke dalam bak mandi berisi air, yang sebelumnya digunakan untuk mencuci sepatu.
Saya menelepon respsionis, dan meminta bantuannya untuk membersihkan kekacauan di kamar.
Saya masih ingat raut wajah wanita itu ketika dia membuka pintu. Saya sama sekali tidak tahu apa yang harus dikatakan padanya, dan saya hanya berkata "saya minta maaf", lalu pergi menuju acara makan.
Ketika saya kembali, barang-barang saya telah dipindahkan ke kamar yang jauh lebih kecil.
Saya pikir itu adalah akhir dari bencana tersebut, hingga kemudian saya diberitahu bahwa perusahaan telah menerima surat, yang melarang saya menginap di The Empress Hotel. Larangan itu saya hormati selama hampir 18 tahun.
Saya kini telah berpikir dewasa dan mengakui tanggung jawab atas tindakan lalai tersebut. Saya datang kepada Anda, meminta maaf atas kerusakan yang secara tidak langsung, saya sebabkan.
Saya meminta Anda mempertimbangkan kembali larangan berkunjung seumur hidup dari properti hotel The Empress.
Terima kasih banyak atas pertimbangan Anda.
sumber: liputan6.com