Pelanggan Keluhkan Air Kecrat-kecrit
http://www.srinadifm.com/2018/07/pelanggan-keluhkan-air-kecrat-kecrit.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Awal Agustus ini, PDAM Gianyar akan menaikkan tarif air minum dan restrukturisasi golongan pelanggan rumah tangga. Kenaikan direncanakan dari Rp 1.700 menjadi Rp 3.000 per meter kubik (M3). Sedangkan restrukturisasi pelanggan denga empat kategori.
Empat kategori pelanggan kategori A dengan pemilik daya listrik 450 KWH sebanyak 20 persen (11 ribuan pelanggan) tidak terkena dampak kenaikan tarif. Kategori B, pemilik daya listrik 900 KWH sebanyak 59 persen pelanggan, daya 1.300 KWH sebanyak 15 persen pelanggan dan daya di aatas 1.300 KWH sebesar 6 persen pelanggan. Harapan piha PDAM, nantinya rumah tangga kaya menyubsidi yang miskin (450 KWH).
Kenaikan tarif ini dikeluhkan para pelanggan. Terutama karena pelayanan atau suplai air minum ke pelanggan tak maksimal lias kecrat-kecrit. Seperti diungkapkan, I Ketut Sinar, pelanggan PDAM di Banjar Rangkan, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati. Kepada NusaBali, Ketut Sinar mengaku sudah menerima surat pemberitahuan kenaikan tarif tersebut per 4 Juli 2018. Pihaknya selaku pelanggan tak habis pikir, karena dirinya merasa dirugikan atas kenaikan tarif ini. Bagaimana tidak, suplai air ke rumahnya kadang ada kadang tak ada. "Air yang masuk ke masing-masing rumah tangga kecrat-kecrit. Bahkan sama sekali tidk ada air yang mengalir," keluhnya, Senin (30/7).
Dikonfirmasi terpisah, Dirut PDAM Gianyar Made Sastra Kencana mengakui bahwa terjadi gangguan suplai air ke pelanggan. Karena saat ini cukup banyak ada proyek drainase. "Karena perbaikan drainase. Sudah koordinasi sebenarnya, cuma mereka (rekanan proyek, Red) juga dikejar waktu. Jadi di lapangan kami sama-sama kerja, petugas pasang pipa baru," jelasnya.
Sastra Kencana pun memastikan gangguan air di pelanggan tidak lebih dari dua hari. "Pagi rusak, sore perbaikan sudah selesai. Petugas kami stanby kok di setiap kecamatan," terangnya. Jika toh pelanggan mengalami ketiadaan air bersih, pihaknya pun mengaku siap mengirimkan air tangki. "Sejauh ini belum (air tangki, Red). Tapi kalau masyarakat minta, kami layani," ungkapnya.
Sastra memberikan alasan, selain proyek drainase, suplai air juga terkendala dari pipa yang tersangkut pada akar pohon perindang. "Paling parah sebenarnya di akar pohon, setiap titik pohon pipa kena gangguan. Masalahnya, tebang pohon tidak bisa. Jadi kami buat belokan. Kadang terjepit, pipa sampai pecah dibungkus oleh akar," ujar Sastra Kencana.
Sementara terkait kenaikan tarif awal Agustus ini, Sastra pun membenarkan. "Sejak tahun 2009 tidak pernah naikkan tarif,” jelas Sastra. Sastra mengaku, kenaikan tarif dari Rp 1.700 menjadi Rp 3.000 per M3 sudah sesuai kajian. “Kami melihat kemampuan pelanggan kami, berdasarkan keterjangkauan membayar. Contoh pelanggan punya gaji UMK Rp 2 juta, berarti masih mampu membayar sekitar Rp 80.000an sebulan,” paparnya.
sumber: nusabali.com