Level Kebahagiaan Dunia Telah Tembus Titik Terendah 10 Tahun
http://www.srinadifm.com/2018/11/level-kebahagiaan-dunia-telah-tembus.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Level kebahagiaan dunia
berada pada titik terendah dalam satu dekade belakangan. Berdasarkan hasil
survei yang dikutip dari World Economic Forum (WEF), jumlah orang yang
menyatakan mereka merasa stres dan khawatir dalam menjalani kehidupan
sehar-hari mengalami peningkatan. Negara Afrika Tengah yang tengah terpapar
konflik menempati posisi negara yang paling tidak bahagia tahun lalu. Irak
menempati posisi kedua, berdasarkan peringkat berdasarkan polling yang
dilakukan Gallup. "Secara kolektif, dunia menjadi lebih stresm khawatir,
dan merasa kesakitan saat ini dibanding yang pernah kita rasakan
sebelumnya," sebut Gallup.
Gallup melakukan survei
terhadap lebih dari 154.000 orang di 146 negara, apakah orang-orang tersebut
merasa khawatir, stres, marah, dan sedih di hari sebelumnya. Berdasarkan hasil
survei tersebut, suasana global menunjukkan kesuraman sejak survei pertama pada
2006. Negara-negara kawasan Sub-Sahara Afrika menempati posisi teratas survei
tersebut, dengan 24 dari 35 negara yang disurvei mencapai posisi kebahagiaan
terendah dalam 10 tahun pada tahun 2017, lantaran kerusuhan yang terjadi di
kawasan tersebut telah melumpuhkan layanan kesehatan dan menyebabkan
orang-orang kelaparan. "Republik Afrika Tengah dan beberapa kawasan lain,
sebagian besar populasinya bahkan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya," ujar pimpinan riset Julie Ray.
Afrika Tengah yang saat ini dihadapkan pada konflik, tiga
dari empat penduduknya merasakan sakit dan kekhawatiran. Negara yang lebih
sejahtera pun bukan berarti lebih bahagia. Hampir setengah dari penduduk
Amerika yang juga disurvei pun merasakan stres, secara hitungan kasar, jumlah
tersebut hampir sama dengan proporsi responden di kawasan Afrika Tengah. Ekonom
Jan Emmanuel De Neve mengatakan, dengan meningkatnya kekayaan dan kemajuan
material penduduk dunia, suasana global yang memburuk menjadi mengganggu.
"Kemungkinan terdapat indikator struktural yang menyebabkan peningkatan
kesejahteraan tidak cukup inklusif," ujar De Neve yang merupakan profesor
di Universitas Oxford. Sebagai informasi, Paraguay menempati posisi teratas
sebagai negara yang paling positif, dalam artian penduduknya memiliki waktu
istirahat yang cukup, diperlakukan dengan hormat, bisa menikmati diri mereka
sendiri dan mempelajari sesuatu di hari sebelum survei dilakukan. Sementara
itu, Yaman yang sedang dilanda perang serta Afghanistan berada di posisi
terendah.
Sumber : Kompas.com