Kasus DBD di Tabanan Meningkat Drastis
http://www.srinadifm.com/2019/11/kasus-dbd-di-tabanan-meningkat-drastis.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Data dari Januari hingga September 2019 di wilayah Kabupaten Tabanan tercatat ada 160 kasus DBD. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yang hanya ditemukan 44 kasus.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Tabanan jumlah penderita DBD yang tercatat sampai September 2019 di antaranya, di Januari tercatat 8 kasus, Februari meningkat menjadi 24 kasus. Pada Maret turun ke angka 5 kasus. Pada bulan April kembali meningkat menjadi 16 kasus, Mei sebanyak 25 kasus, dan di Juni ditemukan sebanyak 57 kasus. Bulan Juli 21 kasus, Agustus 2 kasus, dan September ditemukan 2 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, satu orang warga perempuan meninggal dunia pada Juni lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika, mengatakan memang ada peningkatan kasus DBD dari tahun 2018 ke 2019. “Total ada 160 kasus DBD di tahun 2019,” ujarnya, Senin (4/10).
Kata dia banyak faktor penyebab masyarakat terserang DBD. Selain peralihan musim dan penduduk padat, kurangnya menjaga kebersihan sanitasi juga menjadi penyebab. Yang terpenting pencegahan, yakni dengan rutin melakukan 3M (menutup, mengubur, dan menanam). “Fungsi 3M untuk membunuh atau membasmi nyamuk penyebar virus DBD agar tidak mudah berkembang,” tegasnya.
Diterangkannya, untuk penanganan awal adalah dengan melakukan fogging. Suratmika juga mengimbau masyarakat, agar mewaspadai gejala DBD. Dan jika memang ada salah satu anggota keluarga yang mengalami demam tinggi secara terus menerus, harus segera diperiksakan agar mengetahui jenis penyakitnya. Karena salah satu gejala DBD adalah panas badan naik turun secara berturut-turut.
“Selain menjaga kebersihan, masyatakat harus mengenali bagaimana gejala penyakit DBD ini. Salah satunya adalah jika panas tubuh naik turun secara berturut-turut harus segera diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan,” pesannya.
Untuk diketahui, anggaran untuk fogging dan ULV tahun 2019 di Kabupaten Tabanan senilai Rp 1 miliar. Anggaran tersebut disesuaikan dengan jumlah kasus yang ditemukan, jika semakin banyak kasus ditemukan maka program fogging dan ULV akan semakin banyak dilakukan.
Kata dia banyak faktor penyebab masyarakat terserang DBD. Selain peralihan musim dan penduduk padat, kurangnya menjaga kebersihan sanitasi juga menjadi penyebab. Yang terpenting pencegahan, yakni dengan rutin melakukan 3M (menutup, mengubur, dan menanam). “Fungsi 3M untuk membunuh atau membasmi nyamuk penyebar virus DBD agar tidak mudah berkembang,” tegasnya.
Diterangkannya, untuk penanganan awal adalah dengan melakukan fogging. Suratmika juga mengimbau masyarakat, agar mewaspadai gejala DBD. Dan jika memang ada salah satu anggota keluarga yang mengalami demam tinggi secara terus menerus, harus segera diperiksakan agar mengetahui jenis penyakitnya. Karena salah satu gejala DBD adalah panas badan naik turun secara berturut-turut.
“Selain menjaga kebersihan, masyatakat harus mengenali bagaimana gejala penyakit DBD ini. Salah satunya adalah jika panas tubuh naik turun secara berturut-turut harus segera diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan,” pesannya.
Untuk diketahui, anggaran untuk fogging dan ULV tahun 2019 di Kabupaten Tabanan senilai Rp 1 miliar. Anggaran tersebut disesuaikan dengan jumlah kasus yang ditemukan, jika semakin banyak kasus ditemukan maka program fogging dan ULV akan semakin banyak dilakukan.
sumber : nusabali.com